Powered By Blogger

Rabu, 19 Februari 2014

Miracle above the mountain

       Jam 23.30 aku terbangun karena hawa dingin yg nyucuk” tulang. Mau lanjut tidur lagi gak bisa, kemudian keluar untuk pipis sampai luar badan gemetar semua kedinginan. Setelah itu nyiapin makan buat berdua. Jam 00.00 ku bangunkan rombongan di tenda sebelah. Mereka pun langsung bergegas siap”. Kita berdua malah asik makan. Mau nawarin makanannya Cuma dikit, masa iya mereka kita bagiin kuah doang? Sebaiknya sebelum summit makan dulu karena summit membutuhkan tenaga yang besar.

         Tepat pukul 00.30 kami berdoa dan berangkat menuju summit, dari sini seharusnya kita menuju timur atau kiri pos kalimati kalau dari tempat camping. Kita malah menuju belakang pos Kalimati setelah diamati kok gak ada jalur yang jelas, akhirnya kita tanya sama pendaki lain. Ternyata jalurnya ke arah kiri lalu turun jurang kemudian mulai naik tanjakan menuju arcopodo. Dari sini jalur tanjakan terus tetapi masih ada tanaman. Disini kita kita harus melangkah hati” karena kalau lebih jeli melihat kanan kiri kita adalah jurang tinggi. Disini debu berterbangan dan angin gunung sangat kencang menimbulkan suara di kejauhan. Jam 2 kita sampai di Arcopodo, disini ketemu pendaki cewek cantik sendirian jalannya ngebut gak bawa tas. Kita negur dianya diem aja, kita tawarin minum langsung diambil kehausan sekalinya. Ternyata dia sampai Arcopodo duluan rombongannya masih tertinggal di belakang.



arcopodo

           Agak lama kita di Arcopodo istirahat, kemudian berangkat lagi tak berapa lama sampailah di batas vegetasi. Dari sini terlihat lampu” pendaki didepan, ternyata banyak pendaki yg summit malam ini. Kita melewati jalur sempit yg kanan kiri jurang dan sepertinya hanya bisa dilalui 2 orang saja. Lihat depan bokong orang, lihat belakang kepala teman, disini mau tidak mau kita harus mematuhi kebiasaan yaitu antrii. Setelah jalur ini jalur melebar kita bedua mulai berpisah dgn rombongan lain, meninggalkan mereka di belakang. Jalur dihiasi pasir dan batu, disini kita harus hati hati menginjak batu. 


lereng

sunrise

masih naik

landscape

naik naik naik

masih lereng

SEMERU "Keajaiban di atas gunung"

         367.600 cmASL  itulah tingginya puncak gunung semeru tanah tertinggi pulau Jawa.  Bukan hanya sekedar  5cm tingginya.  Dua tahun yang lalu tidak pernah terpikir untuk mendaki gunung, bagiku dulu buat apa capek - capek naik gunung terus sampai atas abis itu turun lagi.  Awalnya Cuma mengunjungi bromo. Terlihat dari sana puncak gagah berdiri menjulang di kejauhan. Dari situ terbesit keinginan untuk mendakainya. Apalagi pas naik gunung ijen tambah semakin merasakan hal lain kalau naik gunung. Suatu hal bahagia yang tiap orang pasti merasakannya berbeda - beda dan membuat takjub serta speechless.


Semeru mengeluarkan asap terlihat dari Kaldera Bromo
           Akhir – akhir ini semeru udah rame banget yang mendaki. Setelah semeru dijadikan lokasi film 5cm yg menampilkan keindahannya. Tapi naik gunung bukanlah hal yang mudah dan gampang. fisik, logistik, perlengkapan, dan mental harus dipersiapkan dengan matang.


Perlengkapan
           Tepat 17 agustus aku berangkat. Sampai Surabaya malam hari karena penerbangan terakhir, naik travel dari juanda, jalanan sepi sekali. Mobil melaju dgn kencang sehingga kurang dari 2 jam sudah sampai Malang. Istirahat di kostan Yogi yg juga akan menjadi partner setia selama pendakian nanti.
            Esok harinya diisi dengan melengkapi perlengkapan dan logistik pendakian. Ada satu lagi teman saya yang ikut naik, Azis ini sudah pernah naik semeru tapi hanya sampai ranu kumbolo saja. Setelah koordinasi apa saja yang harus dibawa dan kami memutuskan berangkat setelah subuh naik motor sampai RanuPane.

            Subuh – subuh udah bangun terus mandi, Malang emang dingin banget alhasil ngantuk hilang seketika karena air es di kamar mandi. Cek list kembali barang yang dibawa, kemudian naik motor dan ketemuan sama azis, Rupanya azis bawa satu temannya lagi. Langsung berangat ke daerah Tumpang, Stop dulu di pom bensin yang baru buka untuk isi premium dan menyiapkan persyaratan pendakian yaitu surat kesehatan dan foto cpy ktp.
          Melanjutkan lagi perjalanan matahari mulai muncul tampaklah puncak gunung yang mengeluarkan asap, ternyata benar – benar tinggi sekali ya. Perjalanan dilalui dengan suka duka, tanjakan tiada henti, turun berkali – kali buat dorong motor yg gak kuat nanjuak atau pas jalan rusak (mungkin kalau bisa ngomong nih motor udah misuh – misuh gak jelas)  Melewati desa yang peduduknya murah senyum dan istirahat sejenak untuk menikmati keindahan kaldera bromo yg membuat capek hilang seketika.


Bromo dari belakang
Yogi aka. Ogel
        Jam 8 pagi sampai di RanuPane, ternyata desa atas gunung ini ramai sekali. Banyak pendaki yang baru turun setelah momen 17an. Parkir motor di dekat lapangan lalu berjalan ke arah pos pendaftaran, ternyata belum buka menunggulah sekitar 1 jam sambil gerak ngangetin badan. Jam 9 pos akhirnya dibuka, mudah saja ternyata hanya mengisi form yg isinya data pendaki dan logistik apa saja yg dibawa kemudian membayar dgn 3 lembar uang ijo.
        Berkumpulah kami ber-empat memanjatkan doa kepada yang maha kuasa agar perjalanan ini selamat sampai kembali turun nanti. Mulailah langkah awal bersejarah bagi saya yg pertama kali mendaki gunung tinggi, baru beberapa meter jalan “oh iya, kan belum sarapan kita?” nanggung ah, udah semangat jalan ini. Ya udah ngemil – ngemil aja sambil jalan.



Yogi & Yogi
Kebun sayur penduduk

           Jalan terus gak ada istirahat, ritme jalan sedang aja. Setelah satu jam ketemu pos 1 tapi udah penuh pendaki lain jadi istirahatnya di pinggir jalan aja sambil lesehan. Istirahat sebentar jalan lagi kali ini ritme agak lambat jalan mulai sempit dan agak rimbun gak tau berapa kali istirahat pos 2 lewat lalu sampailah di pos 3 yg udah roboh. Disampingnya sudah menyambut tanjakan curam nan berdebu.  Tanjakan yg bikin nafas putus – putus. Sampai atas langsung lesehan capek banget, tapi ini tanjakan tinggi  terakhir sebelum ranu kumbolo.